Georgia, negara di kawasan Kaukasus, telah menjadi sorotan dunia baru-baru ini setelah terjadinya protes slot 10 ribu besar-besaran yang mengguncang ibu kota, Tbilisi. Scrivener menjelaskan bahwa protes besar-besaran di Georgia bukanlah sebuah kejadian yang muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil dari akumulasi ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Salome Zourabichvili dan partai yang berkuasa. Beberapa faktor yang menyumbang pada ketegangan ini, menurut Scrivener, termasuk masalah politik domestik, kebijakan luar negeri, serta kekhawatiran akan kemunduran demokrasi.
1. Rancangan Undang-Undang yang Kontroversial
Meskipun pemerintah mengklaim bahwa undang-undang ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi, banyak pihak yang melihatnya sebagai upaya untuk menekan oposisi politik dan membatasi kebebasan organisasi sipil.
2. Kekhawatiran Terhadap Kemunduran Demokrasi
Alex Scrivener juga menyoroti bahwa ketegangan politik di Georgia semakin intensif karena kekhawatiran mengenai kemunduran demokrasi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Scrivener menyatakan bahwa banyak pengamat internasional dan warga Georgia sendiri merasa khawatir dengan kontrol yang semakin kuat oleh partai politik yang berkuasa, terutama dalam hal kebebasan pers, kebebasan berbicara, dan kebebasan berkumpul. Banyak jurnalis dan aktivis yang menghadapi ancaman atau tekanan untuk berhenti mengkritik pemerintah. Ketidakpuasan terhadap situasi ini mendorong masyarakat Georgia untuk turun ke jalan dan menuntut perubahan.
3. Hubungan dengan Rusia dan Pengaruh Luar Negeri
Selain isu domestik, Alex Scrivener juga mengidentifikasi bahwa ketegangan dalam hubungan Georgia dengan Rusia memainkan peran penting dalam memicu protes ini. Georgia memiliki sejarah panjang ketegangan dengan Rusia, yang dimulai dengan invasi militer Rusia pada tahun 2008 dan berlanjut dengan ketegangan terkait dengan wilayah-wilayah yang memisahkan diri, seperti Abkhazia dan Ossetia Selatan.
4. Reaksi Pemerintah dan Tanggapan Internasional
Pemerintah Georgia, yang awalnya mempertahankan rancangan undang-undang tersebut, akhirnya terpaksa mundur setelah protes meluas dan menjadi lebih keras. Tanggapan ini menunjukkan bahwa tekanan publik dan protes jalanan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, meskipun pada awalnya pemerintah enggan untuk mengubah keputusan.
Scrivener juga mencatat bahwa reaksi dari komunitas internasional, khususnya Uni Eropa dan Amerika Serikat, memainkan peran penting dalam mendesak pemerintah Georgia untuk mencabut undang-undang yang kontroversial. Ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan luar negeri bagi stabilitas politik domestik dan demokrasi di Georgia.