Kementerian Hukum dan HAM melakukan pemindahan besar-besaran terhadap 100 narapidana berisiko tinggi ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah. Proses ini berlangsung dengan pengamanan superketat dan suasana penuh ketegangan sejak awal.
Petugas gabungan dari kepolisian, TNI, dan lapas mengawal ketat proses pemindahan mulai dari dalam sel hingga ke pelabuhan penyeberangan. Para napi dikumpulkan dalam kondisi tertib dan diminta menunduk sepanjang perjalanan. Tanpa celah untuk melakukan perlawanan, mereka digiring satu per satu menuju kendaraan tahanan.
Mobil-mobil tahanan bergerak konvoi dengan pengawalan bersenjata lengkap. Di setiap sudut rute, petugas bersiaga untuk memastikan tak ada gangguan. Warga sekitar yang menyaksikan dari kejauhan menyebut suasananya sangat mencekam, seperti dalam operasi militer.
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menjelaskan bahwa napi yang dipindahkan termasuk pelaku kejahatan berat, seperti terorisme, narkotika jaringan internasional, dan pembunuhan berencana. Pemindahan ini bertujuan untuk mencegah potensi kerusuhan, pelarian, dan pengaruh negatif terhadap narapidana lain di lapas asal.
Pulau Nusakambangan dipilih karena memiliki sistem keamanan maksimal dan isolasi geografis yang kuat. “Kami ingin memastikan keamanan jangka panjang dan penanganan yang lebih terkontrol,” kata perwakilan Ditjen PAS.
Dengan pemindahan ini, pemerintah menunjukkan komitmen kuat dalam menegakkan ketertiban di dalam lapas. Proses alternatif medusa88 yang berlangsung dramatis ini juga menjadi pengingat bahwa pengawasan terhadap narapidana high risk tak bisa dilakukan setengah-setengah.